Dari Fenomena Sosial ke Layar Lebar
Fenomena kopi pangku pernah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di jalur Pantura (Pantai Utara Jawa). Warung-warung kopi yang bukan hanya menjual minuman. Warung itu menyediakan “teman duduk” bagi pelanggan, menjadi potret kerasnya realitas sosial dan ekonomi perempuan di daerah tersebut.
Dari fenomena inilah lahir film “Pangku” (2025), karya debut Reza Rahadian sebagai sutradara. Film ini mengangkat kisah perjuangan perempuan dalam keterbatasan hingga tuntutan hidup. Film Pangku juga menyoroti sisi kemanusiaan. Disisi lain, Film ini mengangkat fenomena sosial yang selama ini jarang di bicarakan.
Sinopsis Film Pangku: Kisah Sartika, Pelayan Kopi Pangku
Tokoh utama dalam film ini adalah Sartika (di perankan oleh Claresta Taufan). Seorang ibu tunggal yang berjuang keras demi menghidupi anaknya. Dalam perjalanan hidupnya, Sartika bertemu Ibu Maya (di perankan oleh Christine Hakim), pemilik warung kopi yang menawarkannya pekerjaan. Namun, pekerjaan itu memiliki sisi gelap yaitu para pelayan di warung tersebut. Mereka harus bersedia “dipangku” oleh pelanggan.
Fenomena kopi pangku di Pantura yang menjadi inspirasi film ini memang pernah populer di masa lalu. Meski kini mulai meredup, kisah perempuan yang terlibat di dalamnya masih menjadi bagian penting dari realitas sosial Indonesia. Melalui film ini, penonton diajak memahami bagaimana keterbatasan ekonomi, rendahnya pendidikan, dan minimnya kesempatan kerja memaksa sebagian perempuan mengambil jalan hidup yang sulit.
BACA JUGA | FILM ARWAH LEGONG
Pesan Sosial Film Pangku
Melalui film Pangku, Reza Rahadian berusaha menampilkan wajah lain dari isu sosial perempuan di Indonesia. Film ini menggambarkan dilema moral, perjuangan ekonomi, dan keteguhan seorang ibu tunggal dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
Kisah Sartika menjadi simbol perjuangan banyak perempuan yang harus bertahan di tengah tekanan hidup. Film ini bukan sekadar drama sosial, tetapi juga refleksi kemanusiaan yang menggugah empati dan membuka mata terhadap realitas yang sering di abaikan.
Debut Reza Rahadian sebagai Sutradara
Setelah puluhan tahun di kenal sebagai salah satu aktor terbaik Indonesia, Reza Rahadian akhirnya debut sebagai sutradara melalui film Pangku. Film ini juga menjadi karya perdana dari rumah produksi Gambar Gerak, yang ia dirikan bersama Arya Ibrahim.
Dalam konferensi pers di XXI Epicentrum pada 28 Oktober 2025, Christine Hakim mengungkapkan bagaimana Reza di kenal sangat detail dan perfeksionis dalam bekerja.
“Reza itu perfeksionis. Nafas saya saja di atur,” ujar Christine sambil tersenyum.
Ketelitian Reza membuat para pemain terdorong memberikan penampilan terbaik. Pendekatan yang tegas dan mendalam menjadikan Pangku bukan hanya film drama sosial, tetapi juga karya sinematik yang kuat secara emosional dan visual.
Tanggal Tayang dan Harapan untuk Penonton
Film “Pangku” di jadwalkan tayang di bioskop mulai 6 November 2025.
>Dengan penggarapan yang matang dan deretan aktor berpengalaman, film ini di harapkan menjadi salah satu karya penting di perfilman Indonesia tahun 2025.
Lebih dari sekadar hiburan, Pangku membawa pesan mendalam tentang cinta ibu, perjuangan hidup perempuan, dan realitas sosial di balik warung kopi Pantura.
Kesimpulan
Film “Pangku” karya Reza Rahadian menghadirkan kisah yang menggugah empati, menyoroti keteguhan seorang ibu tunggal dalam menghadapi tekanan hidup di tengah fenomena sosial yang kompleks. Dengan tema yang relevan dan penyutradaraan yang penuh emosi, film ini berpotensi menjadi drama sosial terbaik tahun 2025 yang membuka ruang refleksi bagi penonton tentang makna perjuangan dan cinta tanpa batas.